|
Salah
satu hal yang sangat berperan dalam upaya kita meningkatkan takwa pada Allah
SWT adalah mengingat mati dan kehidupan di akhirat. Bahwa semua makhluk tanpa
kecuali akan meninggalkan dunia yang sementara ini. Entah nanti, atau besok, seminggu,
dua minggu, sebulan, dua bulan, kita semua pasti akan mati. كل نفس ذائقة الموت
(Setiap makhluk hidup pasti akan mati). Dan kita, sebagai umat Islam
memang diperintahkan untuk sering-sering ingat mati agar hidup kita menjadi
baik. Nabi bersabda: أكثروا ذكر هاذم اللذات (
Perbanyaklah mengingat pemutus keenakan duniawi).
Selanjutnya,
berkaitan dengan kehidupan di akhirat, ada dua hal utama yang harus selalu
menjadi peringatan bagi kita. Pertama, bahwa hidup di dunia ini teramat
sangat sementara, dan hidup di akhirat itu tiada batasnya. Andaikan saja kita
dikaruniai umur panjang sampai 100 tahun, maka sebenarnya itu hanyalah
sepersepuluh hari akhirat. Sebab 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di
dunia. Ini didasarkan pada ayat ke-7 surat As-Sajdah yang berarti:
Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNYA
dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.
Jadi,
secara matematis masa 100 tahun di dunia = 2 jam 24 menit (menurut
perhitungan akhirat). Lebih detil lagi, 1 jam akhirat = 41,66 tahun, 1 menit
= sekitar 255 hari, dan 1 detik = 4,25 hari.
Kedua,
bahwa semua perbuatan yang kita lakukan di dunia terekam oleh tubuh kita.
Kita harus tahu bahwa agama kita tidak mengajarkan apa yang sering diungkapkan
orang “surgo nunut neroko katut” (ke surga numpang, ke neraka
ikut). Karena yang benar adalah, orang masuk surga karena amal baiknya, dan
yang masuk neraka karena kesalahannya sendiri. Sehingga ada sebuah ilustrasi
(penggambaran) di dalam al-Quran surat al-Anam ayat 94. Seolah-olah ketika
nanti di hari Kiamat dan kita berbondong-bondong menuju pengadilan Allah,
terpampang sebuah sepanduk besar yang artinya:
Dan
sungguh kalian telah datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami
ciptakan kalian pada mulanya. Dan kalian tinggalkan di dunia apa yang telah
Kami karuniakan pada kalian. dan Kami tiada melihat bersama kalian pemberi
syafa'at yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu. Sungguh telah
terputus hubungan-hubungan di antara kalian dan lenyaplah apa yang dahulu (di
dunia) kalian anggap (sebagai sekutu Allah).
Kita
lahir di dunia dari dua garba ibu sebagai pribadi-pribadi. Tetapi kemudian
kita dituntut untuk hidup yang baik. Dan kebaikan kita di dunia ini selalu
diukur secara sosial. Perbuatan baik adalah perbuatan baik dalam konteks
sosial. Itulah makanya manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang harus
selalu memikirkan sesamanya. Seperti dilambangkan dalam ucapan terakhir
setiap kali kita salat, yaitu assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
(semoga keselamatan dan keberkahan dari Allah senantiasa tercurah untuk
kalian) sambil menengok ke kanan dan kiri. Seakan ini adalah peringatan dari
Allah SWT, “Kalau kamu sudah melaksanakan salat untuk mengingatku, maka
sekarang buktikan bahwa kamu mempunyai tekad baik untuk memperhatikan sesama
makhluk di sekitarmu. Tengoklah kanan-kirimu karena masih banyak yang
membutuhkan bantuan.”
Jadi
kita menjadi makhluk sosial di dunia ini. Tapi ketika kita mati nanti, dan
memasuki alam kubur, kita menjadi makhluk pribadi kembali. Seluruh perbuata
kita di dunia, baik dan buruk, hanya kita sendiri yang menanggung. Allah
telah memperingatkan dalam surat Luqman ayat 33 yang artinya:
Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar.
Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia menipu kalian, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kalian.
Pengadilan
Allah sama sekali tidak menerima tebusan. Tebusan (عدل) dalam sistem hukum negara kita
tidak dikenal. Makanya orang yang sedang menjalani hukuman di penjara, kalau
dia mau keluar untuk sementara dia harus menyuap petugas. Istilahnya menyuap
tidak menebus. Tapi di negara Inggris, sistem hukumnya mengakui adanya
tebusan, atau dikenal dengan istilah bail. Di akhirat kelak, sama
sekali tidak ada tebusan apalagi suap. Semuanya harus berhadapan dengan Allah
sendiri-sendiri. Praktek pengadilan Ilahi di hari akhirat kelak telah
dijelaskan dengan gamblang dalam surat Yasin ayat 65 yang artinya:
Pada
hari itu Kami bungkam mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan
mereka, sedankan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian atas apa yang telah
mereka kerjakan di dunia.
Jadi,
badan kita ini akan menjadi saksi. Jika mulut mencoba mengingkari suatu
tuduhan dalam pengadilan Allah nanti, maka yang akan membantah adalah tangan
kita sendiri, dan kaki kita akan menjadi saksi. Ini adalah peringatan yang
sangat kuat yang harus selalu kita renungkan.
Secara
ilmiah kita bisa mengatakan bahwa badan kita ini memang bisa menjadi saksi
dari seluruh perbuatan kita. Sebuah teori mengatakan bahwa sebenarnya segala
kejadian di alam raya ini tidak ada yang hilang tanpa terekam.
Kejadian-kejadian itu terekam di angkasa juga di dalam diri kita sendiri.
Sebagai contoh dari proses perekaman ini adalah fungsi DNA (deoxyribonucleic
acid) dan gen. DNA dan gen berfungsi sebagai perekam semua bentuk dan
karakter/watak kita. DNA terdapat di dalam gen, gen ada di dalam kromosom,
dan kromosom terdapat di dalam sel. Dan perlu kita tahu bahwa semua makhluk
hidup memiliki sel. Baik DNA, gen, kromosom, dan sel, semuanya adalah
benda-benda mikroskopis (yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Tetapi
justru di dalam DNA itulah terekam seluruh informasi mengenai diri kita.
Apakah rambut kita ikal atau lurus, hidung kita pesek atau mancung, watak
kita penggembira atau gampang sedih, watak kita supel atau tertutup, semuanya
ada di dalam benda-benda yang tak terlihat oleh mata telanjang kita.
Oleh
karenanya, jika al-Quran mengatakan bahwa badan kita menjadi perekam dari
seluruh perbuatan kita, adalah suatu hal yang benar adanya. Karena di dalam
tubuh kita ini terdapat milyaran DNA dan gen. Dan semuanya itu kelak akan
berbicara pada Allah SWT melalui tangan dan kaki kita seperti dilukiskan di
dalam surat Yasin ayat 65 tsb.
Maka
dari itu, semua ini harus menjadi peringatan bagi kita. Hidup di dunia hanya
satu kali. Setiap kejadian yang kita alami hanya terjadi sekali. Bahkan
setiap detik, menit, dan jam, tidak mungkin terulang lagi. Maka hendaknya
kita terus berupaya meningkatkan kulaitas hidup kita secara serius. Demikian
semoga bermanfaat.
|
Disadur dari tulisan Ustadz Arif
Hidayat, Lc
good.. :D
BalasHapus