Disadur dari tulidan Agung Kusuma (
di Kolom Pesantren Virtual )
|
Rasulullah SAW adalah contoh pribadi
yang agung, pribadi yang mulia. Beliau diutus sebagai rahmatan lil’alamin,
rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah penutup para Nabi dan contoh bagi
semua manusia.
Hal yang menarik adalah kenapa Rasulullah selalu
tersenyum, walaupun beliau dihina dan dicaci maki oleh kaumnya, bahkan ingin
dicelakakan oleh sebagian orang. Artikel ini akan membahas panjang lebar
tentang hal menarik ini.
Pertama, Rasulullah mengemban misi yang besar. Masih banyak
hal-hal yang harus difikirkan dan diselesaikan dihadapannya. Masalah ummat
dan penyebaran agama yang menguras banyak tenaga dan waktu harus
dilaksanakannya demi tercapainya hal besar tersebut. Sungguh remeh apabila
Beliau goyah jika ada hal kecil yang menghambat perjuangannya. Di depan mata
Beliau terdapat berjuta planning dan harapan yang harus dicapainya untuk
jangka waktu yang Beliau rancang. Harapan dan cita-cita harus Beliau
tuntaskan bersama para sahabat-sahabatnya. Apabila masalah kecil itu
menggetarkan langkahnya maka misi agung itu tidak akan tercapailah seperti
sekarang ini. Harapan dan cita-cita Beliau mengalahkan berjuta cercaan dan
hinaan yang dihujamkan kepada insan yang mulia ini.
Kedua, Rasulullah saw adalah pribadi yang agung. Seorang yang
berkepribadian agung mempunyai jiwa yang besar. Seorang berjiwa besar akan
mudah memaafkan kesalahan orang lain, karena hatinya yang luas bagaikan
samudra. Seperti dikutip dari perkataan Aa’ Gym jiwa orang yang besar ibarat
sebuah lapangan yang amat luas, apabila terdapat ular dan binatang berbahaya
lainnya masih ada lahan lapangan yang lainnya untuk bergerak, sebaliknya jiwa
orang yang kerdil akan merasakan sesak apabila terdapat sedikit saja gangguan
bagi dirinya, orang lebih sedikit dari dia adalah cobaan baginya, tersinggung
sedikit adalah besar baginya, dan masalah kecil ia besar-besarkan. Rasulullah
adalah contoh tauladan dalam jiwa yang agung. Beliau adalah orang yang pemaaf
dan mudah memaafkan. Beliau marah apabila hak Allah di injak-injak. Dalam
suatu riwayat dikatakan dari Aisyah ra: “Ketika aku meletakkan gambar
diruanganku aku melihat wajah Rasulullah merah padam dan beliau berkata:
“Wahai Aisyah, orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah
orang yang membuat sesuatu menyerupai makhluk Allah.” (H.R. Muttafaqq Alaih)
Begitulah ketegasan Rasulullah dalam menegakkan hak-hak Allah. Apabila Beliau
dihina Beliau bersabar dan apabila hak Allah dipermainkan maka wajah beliau
merah padam.
Ketiga, senyum adalah lambang pribadi yang optimis dan
positif. Rasulullah adalah insan yang mulia. Manusia terbaik dimuka bumi ini
sejak adanya. Beliau adalah pemimpin agung. Mustahillah seorang pemimpin itu
mencontohkan kepesimisan. Beliau ingin mencontohkan keoptimisan dalam
menggapai cita-cita bagi seluruh ummatnya. Karena Beliau ingin ummatnya
optimis menggapai cita-cita mereka yang mulia. Dan juga senyum melambangkan
pribadi yang positif, tidak ada gunanya marah apabila Beliau membalas
kejahatan orang Yahudi yang melukainya, karena itu akan membuang tenaga
Beliau saja dan masih banyak tugas Beliau di hadapan dan akan sia-sia untuk
suatu perkara yang remeh. Apabila kita marah sebenarnya yang rugi adalah
kita. Termakan tenaga dan waktu untuk memikirkan batu kerikil-batu kerikil
tersebut. Oleh karana itu Allah mengatakan dalam Kitab-nya “Katakanlah wahai
Muhammad: “Matilah dengan kemarahan kalian” bagi ‘Bithanatan Min Dunikum’
yaitu golongan yang apabila kalian terkena musibah mereka akan merasakan
senang dan apabila kalain mendapatkan kenikmatan hati mereka akan sakit, maka
marah adalah penyebab yang tepat untuk kematian mereka. (QS. Ali
Imran:118-120)
Begitulah suri teladan dalam diri Rasulullah, seorang
insan yang agung. Demikianlah tatkala seorang buta Yahudi di pinggiran kota
Madinah mencaci maki Beliau, mengatakan Beliau gila, tetapi Beliau dengan
santun menyuapkan kepalan nasi ke mulut orang tua tersebut. Juga kisah
seorang Yahudi yang sengaja menagih uangnya lebih dari waktu yang mereka
janjikan, yang dia sengaja membuat Beliau marah, tetapi beliau hanya
tersenyum. Dan, juga kisah seorang Yahudi yang selalu meludahkannya pada
setiap pagi, tetapi disaat ia sakit ternyata Rasulullah-lah orang yang
pertama kali mengunjunginya. Sungguh Muhammad Engkau berkepribadian agung.
|
Selasa, 26 Februari 2013
RASUL TERSENYUM
TUBUH SEBAGAI PEREKAM SEGALA KEGIATAN KITA
|
Salah
satu hal yang sangat berperan dalam upaya kita meningkatkan takwa pada Allah
SWT adalah mengingat mati dan kehidupan di akhirat. Bahwa semua makhluk tanpa
kecuali akan meninggalkan dunia yang sementara ini. Entah nanti, atau besok, seminggu,
dua minggu, sebulan, dua bulan, kita semua pasti akan mati. كل نفس ذائقة الموت
(Setiap makhluk hidup pasti akan mati). Dan kita, sebagai umat Islam
memang diperintahkan untuk sering-sering ingat mati agar hidup kita menjadi
baik. Nabi bersabda: أكثروا ذكر هاذم اللذات (
Perbanyaklah mengingat pemutus keenakan duniawi).
Selanjutnya,
berkaitan dengan kehidupan di akhirat, ada dua hal utama yang harus selalu
menjadi peringatan bagi kita. Pertama, bahwa hidup di dunia ini teramat
sangat sementara, dan hidup di akhirat itu tiada batasnya. Andaikan saja kita
dikaruniai umur panjang sampai 100 tahun, maka sebenarnya itu hanyalah
sepersepuluh hari akhirat. Sebab 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di
dunia. Ini didasarkan pada ayat ke-7 surat As-Sajdah yang berarti:
Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNYA
dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.
Jadi,
secara matematis masa 100 tahun di dunia = 2 jam 24 menit (menurut
perhitungan akhirat). Lebih detil lagi, 1 jam akhirat = 41,66 tahun, 1 menit
= sekitar 255 hari, dan 1 detik = 4,25 hari.
Kedua,
bahwa semua perbuatan yang kita lakukan di dunia terekam oleh tubuh kita.
Kita harus tahu bahwa agama kita tidak mengajarkan apa yang sering diungkapkan
orang “surgo nunut neroko katut” (ke surga numpang, ke neraka
ikut). Karena yang benar adalah, orang masuk surga karena amal baiknya, dan
yang masuk neraka karena kesalahannya sendiri. Sehingga ada sebuah ilustrasi
(penggambaran) di dalam al-Quran surat al-Anam ayat 94. Seolah-olah ketika
nanti di hari Kiamat dan kita berbondong-bondong menuju pengadilan Allah,
terpampang sebuah sepanduk besar yang artinya:
Dan
sungguh kalian telah datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami
ciptakan kalian pada mulanya. Dan kalian tinggalkan di dunia apa yang telah
Kami karuniakan pada kalian. dan Kami tiada melihat bersama kalian pemberi
syafa'at yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu. Sungguh telah
terputus hubungan-hubungan di antara kalian dan lenyaplah apa yang dahulu (di
dunia) kalian anggap (sebagai sekutu Allah).
Kita
lahir di dunia dari dua garba ibu sebagai pribadi-pribadi. Tetapi kemudian
kita dituntut untuk hidup yang baik. Dan kebaikan kita di dunia ini selalu
diukur secara sosial. Perbuatan baik adalah perbuatan baik dalam konteks
sosial. Itulah makanya manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang harus
selalu memikirkan sesamanya. Seperti dilambangkan dalam ucapan terakhir
setiap kali kita salat, yaitu assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
(semoga keselamatan dan keberkahan dari Allah senantiasa tercurah untuk
kalian) sambil menengok ke kanan dan kiri. Seakan ini adalah peringatan dari
Allah SWT, “Kalau kamu sudah melaksanakan salat untuk mengingatku, maka
sekarang buktikan bahwa kamu mempunyai tekad baik untuk memperhatikan sesama
makhluk di sekitarmu. Tengoklah kanan-kirimu karena masih banyak yang
membutuhkan bantuan.”
Jadi
kita menjadi makhluk sosial di dunia ini. Tapi ketika kita mati nanti, dan
memasuki alam kubur, kita menjadi makhluk pribadi kembali. Seluruh perbuata
kita di dunia, baik dan buruk, hanya kita sendiri yang menanggung. Allah
telah memperingatkan dalam surat Luqman ayat 33 yang artinya:
Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar.
Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia menipu kalian, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kalian.
Pengadilan
Allah sama sekali tidak menerima tebusan. Tebusan (عدل) dalam sistem hukum negara kita
tidak dikenal. Makanya orang yang sedang menjalani hukuman di penjara, kalau
dia mau keluar untuk sementara dia harus menyuap petugas. Istilahnya menyuap
tidak menebus. Tapi di negara Inggris, sistem hukumnya mengakui adanya
tebusan, atau dikenal dengan istilah bail. Di akhirat kelak, sama
sekali tidak ada tebusan apalagi suap. Semuanya harus berhadapan dengan Allah
sendiri-sendiri. Praktek pengadilan Ilahi di hari akhirat kelak telah
dijelaskan dengan gamblang dalam surat Yasin ayat 65 yang artinya:
Pada
hari itu Kami bungkam mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan
mereka, sedankan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian atas apa yang telah
mereka kerjakan di dunia.
Jadi,
badan kita ini akan menjadi saksi. Jika mulut mencoba mengingkari suatu
tuduhan dalam pengadilan Allah nanti, maka yang akan membantah adalah tangan
kita sendiri, dan kaki kita akan menjadi saksi. Ini adalah peringatan yang
sangat kuat yang harus selalu kita renungkan.
Secara
ilmiah kita bisa mengatakan bahwa badan kita ini memang bisa menjadi saksi
dari seluruh perbuatan kita. Sebuah teori mengatakan bahwa sebenarnya segala
kejadian di alam raya ini tidak ada yang hilang tanpa terekam.
Kejadian-kejadian itu terekam di angkasa juga di dalam diri kita sendiri.
Sebagai contoh dari proses perekaman ini adalah fungsi DNA (deoxyribonucleic
acid) dan gen. DNA dan gen berfungsi sebagai perekam semua bentuk dan
karakter/watak kita. DNA terdapat di dalam gen, gen ada di dalam kromosom,
dan kromosom terdapat di dalam sel. Dan perlu kita tahu bahwa semua makhluk
hidup memiliki sel. Baik DNA, gen, kromosom, dan sel, semuanya adalah
benda-benda mikroskopis (yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Tetapi
justru di dalam DNA itulah terekam seluruh informasi mengenai diri kita.
Apakah rambut kita ikal atau lurus, hidung kita pesek atau mancung, watak
kita penggembira atau gampang sedih, watak kita supel atau tertutup, semuanya
ada di dalam benda-benda yang tak terlihat oleh mata telanjang kita.
Oleh
karenanya, jika al-Quran mengatakan bahwa badan kita menjadi perekam dari
seluruh perbuatan kita, adalah suatu hal yang benar adanya. Karena di dalam
tubuh kita ini terdapat milyaran DNA dan gen. Dan semuanya itu kelak akan
berbicara pada Allah SWT melalui tangan dan kaki kita seperti dilukiskan di
dalam surat Yasin ayat 65 tsb.
Maka
dari itu, semua ini harus menjadi peringatan bagi kita. Hidup di dunia hanya
satu kali. Setiap kejadian yang kita alami hanya terjadi sekali. Bahkan
setiap detik, menit, dan jam, tidak mungkin terulang lagi. Maka hendaknya
kita terus berupaya meningkatkan kulaitas hidup kita secara serius. Demikian
semoga bermanfaat.
|
Disadur dari tulisan Ustadz Arif
Hidayat, Lc
Langganan:
Postingan (Atom)